Jumat, 26 Oktober 2012

History Of Tarakan

Tarakan ialah sebuah pulau lepas pantai Borneo. Luas pulau ini 303 kilometer persegi.Sebagian besar diliputi oleh rawa atau bukit yang tertutup hutan lebat di masa pertempuran itu. Tarakan adalah salah satu bagian Hindia Belanda dan penting sebagai pusat produksi minyak, karena 2 ladang minyak di pulau ini memproduksi 80.000 barelminyak tiap bulan pada tahun 1941.


Semboyan dari kota Tarakan adalah Tarakan Kota BAIS(Bersih, Aman, Indah, Sehat,dan
Sejahtera). Tarakan menurut cerita rakyat berasal dari bahasa tidung “Tarak 
(bertemu) dan“Ngakan” (makan) yang secara harfiah dapat diartikan “Tempat para nelayan untuk istirahat makan, bertemu serta melakukan barter hasil tangkapan dengan nelayan lain.Selain itu Tarakan juga merupakan tempat pertemuan arus muara Sungai Kayan, Sesayapdan Malinau.

Dan kota ini dalam sejarahnya pernah punya kerajaan yang bernama
Kerajaan Tidung dari Dinasti Tenggara. Dan pusat kekuasaannya bermula di kawasanPantai Amal, kemudian berpindah-pindah tempat tapi tetap di Pulau Tarakan danakhirnya karena perseteruan politik dan campur tangan pihak Asing (Belanda) makakerajaan ini berada di bawah kekuasaan Kesultanan Bulungan .

Adapaun batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Pesisir Pantai Kecamatan Bunyu
- Sebelah Timur : Kecamatan Bunyu dan Laut Sulawesi
- Sebelah Selatan : Pesisir Pantai Kecamatan Tanjung Palas
-Sebelah Barat : Pesisir Pantai Kecamatan Sesayap

Ketenangan masyarakat setempat agak terganggu ketika pada tahun 1896, sebuah perusahaan perminyakan Belanda, BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij) menemukanadanya sumber minyak di pulau ini. Banyak tenaga kerja didatangkan terutama dari pulau jawa seiring dengan meningkatnya kegiatan pengeboran. Mengingat fungsi dan perkembangan wilayah ini, pada tahun 1923 perembangan wilayah ini, pada tahun 1923Pemerintah Hindia Belanda merasa perlu untuk menempatkan seorang Asisten Residen di pulau ini yang membawahi 5 (lima) wilayah yakni; Tanjung Selor, Tarakan, Malinau,Apau Kayan dan Berau. Namun pada masa pasca kemerdekaan, Pemerintah RI merasa perlu untuk merubah status kewedanan Tarakan menjadi Kecamatan Tarakan sesuai dengan Keppres RI No.22 Tahun 1963


Letak dan posisi yang strategis telah mampu menjadikan kecamatan Tarakan sebagaisalah satu sentra Industri di wilayah Kalimantan Timur bagian utara sehingga Pemerintah perlu untuk meningkatkan statusnya menjadi Kota Administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintahan No.47 Tahun 1981

Pendudukan Jepang

Mendapatkan ladang minyak Tarakan adalah satu tujuan awal Jepang selama PerangPasifik. Jepaneg menyerang Tarakan pada tanggal 11 Januari 1942 dan mengalahkangarnisun Belanda yang kecil dalam pertempuran yang berlangsung selama 2 hari di manaseparuh pasukan Belanda gugur. Saat ladang minyak Tarakan berhasil disabotase olehBelanda sebelum penyerahannya, Jepang bisa dengan cepat memperbaikinya agar bisamenghasilkan lagi dan 350.000 barel diproduksi tiap bulan dari awal tahun 1944.

Menyusul penyeraha Belanda, 5.000 penduduk Tarakan amat menderita akibat kebijakan penduduk Jepang. Banyaknya pasukan Jepang yang ditempatkan di pulau ini mengakibatkan penyunatan bahan makanan dan sebagai akibatnya banyak orang Tarakan yang kurang gizi. Selama pendudukan itu. Jepang membawa sekitar 600 buruh ke Tarakan dari Jawa. Jepang juga memaksa sekitar 300 wanita Jawa untuk bekerja sebagai "jugun ianfu" (wanita penghibur) di Tarakan setelah membujuk mereka dengan janaji palsu mendapatkan kerja sebagai juru tulis maupun membuat pakaian.


Arti penting Tarakan bagi Jepang makin menguap dengan gerak maju cepat angkatanSekutu ke daerah itu. Tanker minyak Jepang yang terakhir meninggalkan Tarakan pada bulan Juli 1944 dan serangan udara sekutu yang hebat di tahun-tahun itu menghancurkan produksi minyak dan fasilitas penyimpanan di pulau itu.
Serangan ini juga membunuh beberapa ratus penduduk sipil Indonesia. Sejalan dengan kepentingannyayang makin menurun, garnisun Jepang di Tarakan berkurang pada awal 1945 saat salahsatu dari 2 batalion infantri yang ditempatkan di pulau itu (Batalion Infantri Independenke-454) ditarik ke Balikpapan. Batalion ini dihancurkan oleh Divisi ke-7 Australia pada bulan Juli selama Pertempuran Balikpapan.


Rencana Sekutu


Tujuan uataa Sekutu di Tarakan (nama sandi “Obo Satu”) adalah mendapatkan dan mengembangkan di pulau itu agar bisa digunakan mempersiakan lapangganudara di pulau itu agar bisa digunakan untuk mempersiapkan perlindungan udara untuk pendaratan berikutnya di Brunei, Labunana,

dan Balikpapan. Tujuan sekunder operasi itu adalah merebut ladang minyak Tarakan dan dibawa ke dalam operasi itu sebagai sumber minyak untuk pasukan Sekutu di panggung ini.

Di bawah perencanaan pra-serangan, diharapkan bahwa sayap pesawat tempur akan bermarkas di Tarakan 6 hari setelah pendaratan dan angkatan ini akan dikembangkan untuk juga menyerang sayap 9 hari kemudian dan mempersiapkan fasilitas untuk 4skuadron berikutnya dalam 21 hari pendaratan.

Penggagas rencana Sekutu memiliki intelijen di Tarakan dan pembelanya. Intelijen initelah didapat dari sejumlah sumber seperti intelijen penghubung, penerbang pengintai dan pemotret serta pejabat kolonial Belanda. Tarakan adalah prioritas pertama ServicesReconnaissance Department (SRD) Australia dari bulan November 1944. Namun,kesulitan operasi penyusupan ke pulau kecil seperti itu dan perebutan kuasa dalam SRDmenyebabkan organisasi hanya bisa memberi bantuan terbatas pada para penerbang

 Pasukan yang berhadapan

Sekutu

 
Pasukan Sekutu yang bertanggung jawab untuk pendudukan Tarakan dipusatkan sekitar hampir 12.000 prajurit dari Grup Brigade ke-26 Australia. Brigade ke-26 dibentuk padatahun 1940 dan menyusun 3 batalion infantri veteran yang telah menyaksikan gerakan diAfrika Utara dan Papua. Grup Brigade juga termasuk resimen artileri, skuadron tank dariResimen Lapis Baja ke-2/9, skuadron komando, satuan perintis dan zeni. Satuan tempur itu didukung oleh banyaknya satuan logistik dan medis. Sementara Grup Brigade ke-26amat melebihi kekuatan pembela Jepang di Tarakan yang diketahui, Sekutu menjalankanangkatan yang besar ini karena pengalaman mereka sebelumnya menunjukkan akan sulitmengalahkan angkatan Jepang jika mundur ke pedalaman Tarakan yang keras.
Grup Brigade ke-26 didukung oleh satuan udara dan laut Sekutu. Satuan udaradidatangkan dari Australian First Tactical Air Force (1 TAF) dan United States ThirteenthAir Force dan termasuk skuadron tempur dan pengebom. Angkatan Laut didatangkan dari
United States Seventh Fleet dan termasuk beberapa kapal perang dan pengangkut RoyalAustralian Navy. Karena tujuan utama menyerang Tarakan adalah untuk menggunakanlapangan terbang pulau itu, angkatan penyerang itu juga termasuk sejumlah besar satuandarat Royal Australian Air Force, termasuk Sayap Konstrukti Lapangan Udara No. 61 
Angkatan yang mendarat di Tarakan termasuk hampir 1000 pasukan AS dan Belanda.Pasukan AS termasuk zeni U.S. Army yang mengawaki kapal pendaratan pasukan penyerang dan LVT serta detasemen Seabee United States Navy di atas Landing ShipTank. Angkatan Belanda diatur ke dalam 1 kompi dari infantri Ambon yang dikomandoioleh perwiraBelanda dan satuan urusan sipil.

Jepang

Pada saat pendaratan Sekutu, angkatan Jepang di Tarakan berjumlah 2.200 orang yangdidatangkan dari Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dan Angkatan Laut KekaisaranJepang. Satuan terbesar adalah Batalion Infantri Independen ke-455 yang berkekuatan740 orang yang dikomandoi oleh Mayor Tadai Tokoi. 150 pasukan pendukung AD jugaada di Tarakan. Sumbangan AL kepada garnisun Tarakan tersusun atas 980 pelaut yangdikomandoi oleh Komandan Kaoru Kaharu. Satuan laut utama adalah Angkatan GarnisunLaut ke-2 yang berkekuatan 600 orang. Satuan laut ini dilatih bertempur sebagai infantridan mengoperasikan beberapa senapan pertahanan pesisir. 350 pekerja minyak sipilJepang juga diharapkan bertempur pada saat serangan Sekutu. Angkatan Jepang termasuk sekitar 50 orang Indonesia yang berdinas di satuan pengawal pusat. Mayor Tokoimengarahkan keseluruhan pertahanan Tarakan, meskipun hubungan antara AL dan AD buruk.

Angkatan Jepang dipusatkan di sekitar Lingkas, pelabuhan utama Tarakan dan tempatsatu-satunya pantai yang cocok untuk pendaratan pasukan. Pembela itu telahmenghabiskan waktu beberapa bulan sebelum serangan yang menyusun posisi bertahandan menanam ranjau. Pertahanan yang diatur itu banyak dipakai selama pertempuran,dengan taktik Jepang yang difokuskan pada posisi bertahan pra-persiapan yang kuat.Jepang tak melakukan kontra-serangan besar apapun, dan kebanyakan gerakan menyerang terbatas pada beberapa pihak penyerang yang mencoba menyelusup garisAustralia.

Operasi Persiapan


Sebelum tibanya angkatan penyerang, garnisun Jepang di Tarakan dipusatkan padaserangan udara dan laut intensif antara tanggal 12-29 April. Pengeboman udara atasTarakan dipusatkan pada daerah yang berdampingan dengan pantai pendaratan yangdirencanakan di Lingkas dan bertujuan menihilkan pertahanan Jepang di daerah itu. Tank  penyimpanan minyak di Lingkas adalah sasaran utama karena ditakutkan minyak di tank-tank itu bisa meledak dan digunakan melawan pasukan Sekutu. Pengeboman itumemaksa sebagian besar penduduk sipil Tarakan untuk lari ke pedalaman.

Karena perlu membersihkan banyaknya ranjau laut di seputar pulau itu dan rintangan pantai yang meluas di Lingkas, Sekutu tidak mencoba-coba pendaratan mendadak. Unsur  pertama dari armada serangan tiba di lepas pantai pada tanggal 27 April 4 hari sebelumtanggal pendaratan utama yang direncanakan. Operasi pembersihan ranjau diselesaikan pada tanggal 1 Mei yang akibatnya 2 kapal penyapu ranjau kecil rusak.


Pada tanggal 30 April, Skuadron Komando Kavaleri ke-2/4 dan Deretan ke-57 dariResimen Medan ke-2/7 mendarat di Pulau Sadau yang berdekatan untuk mendukung zeniyang ditugasi membersihkan rintangan lepas pantai basis penyerangan. Dengan cepatangkatan ini mengamankan pulau yang tak dipertahankan itu. Pendaratan di Pulau Sadauadalah pendaratan pertama pasukan Australia di wilayah bukan Australia di Pasifik sejak akhir 1941 (keikutsertaan Australia dalam Kampanye Papua dari tahun 1942 dibatasi oleh porsi Australia di Papua). Satu-satunya kehilangan Sekutu dalam operasi ini adalah USS Jenkins yang rusak saat menabrak ranjau selama membantu pendaratan.

Tugas membersihkan rintangan pantai di Lingkas dibebankan kepada Kompi Medan ke-2/13. Pertahanan itu menyusun sederetan kawat berduri, pos kayu dan rel baja sepanjang125 yar dari pantai. Pada pukul 11:00 pada tanggal 30 April, 8 pihak zeni maju di LVTdan mendaratkan kapal untuk membersihkan rintangan itu. Zeni-zeni itu didukung olehsenapan di Pulau Sadau serta kapal perang dan pesawat Sekutu. Beroperasi di tengah-tengah tembakan Jepang, zeni-zeni itu membersihkan semua rintangan yang menghalangi pendaratan ke pantai. Sementara korban parah telah diperkirakan, Kompi Medan ke-2/13menyelesaikan tugasnya tanpa kerugian.

Pertempuran
Pendaratan

Angkatan penyerang utama tiba di pesisir lepas Tarakan di pagi hari tanggal 1 Mei.Didukung oleh pengeboman udara dan laut yang deras, Batalion ke-2/23 dan Batalion ke-2/48 melakukan pendaratan amfibi di sekitar pukul 08:00. Tiada perlawanan yangdihadapi di pantai, dan 2 batalion hanya mendapat sedikit korban yang membersihkan pertahanan pesisir. Pada dini hari, pendarat Australia di muka pantai meluas sampai 2.800yar sepanjang pesisir dan lebih dari 2.000 yar ke pulau. Sebagian satuan tempur GrupBrigade ke-26 yang tersisa, termasuk skuadron tank Matilda II, kemudian mendarat padatanggal 1 Mei. Korban Sekutu lebih kecil daripada yang diperkirakan, denganterbunuhnya 11 orang dan terlukanya 35 orang. Perlawanan Jepang yang lemah terjadikarena pengeboman yang deras sebelum pendaratan yang memaksa pembela Tarakanmeninggalkan pertahanan kuat di Lingkas.

Sementara infantri itu berhasil mengamankan muka pantai, pendaratan itu terhambat olehkeadaan pantai yang buruk. Banyak kendaraan Australia terjebak di lumpur PantaiLingkas yang lunak, dan 7 LST kandas setelah komandannya salah menilai penarikankapal itu ke pantai. Sedikitnya tanah padat di muka pantai menyebabkan kemacetan yang parah dan berakibat tak satupun dari senapan Resimen Medan ke-2/7 yang dipergunakan bertempur hingga siang pendaratan. Kemacetan itu diperparah oleh banyaknya angkatandarat RAAF yang mendarat pada tanggal 1 Mei dengan kapal yang banyak. 7 LST tak diapungkan lagi hingga tanggal 13 Mei.

Setelah mengamankan muka pantai, Grup Brigade ke-26 maju ke timur masuk KotaTarakan dan ke utara ke arah lapangan udara. Australia menghadapi perlawanan Jepang yang bertambah hebat karena mereka bergerak ke dalam pulau. Tugas mendudukilapangan terbang Tarakan dibebankan kepada Batalion ke-2/24. Serangan awal batalion ke lapangan udara pada malam 2 Mei itu tertunda saat Jepang memasang muatan peledak, dan lapangan itu tak dapat direbut hingga tanggal 5 Mei. Saat pendudukan lapangan udara itu mencapai tugas utama Grup Brigade ke-26, Jepang masih mempertahankan pedalaman Tarakan yang keras. 

Selama minggu pertama penyerangan, 7.000 pengungsi Indonesia melewati barisanAustralia yang sedang maju. Jumlah ini lebih banyak dari yang diperkirakan, dan pengungsi itu, yang kesehatannya banyak memburuk, membanjiti satuan urusan sipilBelanda. Meskipun terjadi kerusakan di mana-mana akibat pengeboman dan seranganSekutu, sebagian besar penduduk sipil menyambut pasukan Australia sebagai pembebas.Ratusan penduduk sipil Indonesia kemudian bekerja sebagai buruh dan kerani untuk angkatan Sekutu.

Menjamin keamanan dalam kota

Untuk mengamankan pulau itu dan melindungi lapangan udara dari serangan, GrupBrigade ke-26 dipaksa membersihkan Jepang dari perbukitan di Tarakan yang diselimutihutan. Sekitar 1.700 pasukan Jepang menggali parit pertahanan di utara dan tengah pulau.Posisi itu dilindungi oleh ranjau. Saat menyerang posisi yang memina banyak  pertempuran infantri, pasukan Australia banyak menggunakan artileri dan pasokan udaramereka untuk meminimalisasi korban. Hal ini sejalan dengan perintah Jenderal ThomasBlamey untuk Grup Brigade ke-26 untuk maju secara hati-hati setelah lapangan udaradirebut. Tank-tank Australia hanya bisa menyediakan dukungan terbatas kepada infantritersebut karena lebatnya hutan, rawa-rawa, dan bukit yang curam di Tarakan seringmengurung gerakan mereka ke jalanan. Sebagai akibatnya, umumnya tank tak dapatdigunakan untuk membuka jalan bagi penyerangan, dan peranannya terbatasmenyediakan tembakan untuk serangan infantri, dengan artileri yang menjadi sumber  pilihan bagi dukungan langsung. Deretan pasukan Jepang di Tanjung Djoeata di pesisir utara Tarakan dikalahkan oleh USS
 Douglas A. Munro pada tanggal 23 Mei.

Batalion Perintis ke-2/3 dan kompi Hindia-Belanda dibebani tanggung jawabmengamankan bagian tenggara Tarakan. Perintis itu mulai maju ke timur Kota Tarakan.Pada tanggal 7 Mei namun menghadapi perlawanan kuat Jepang yang tak terduga. Daritangga 10 Mei, batalion itu tertahan di 'Helen', yang dipertahankan oleh 200 pasukanJepang. Pada tanggal 12 Mei, Kopral John Mackey terbunuh setelah menduduki 3 possenapan mesin Jepang sendirian. Secara anumerta Mackey dianugerahi Victoria Crossuntuk tindakan kepahlawanan ini. Selama pertempuran di Helen, pengebom berat B-24Liberator digunakan untuk pasokan udara dekat untuk pertama kalinya, dengan penempur P-38 Lightning menjatuhkan bensin kental segera setelah pengeboman. Gabungan inisebagian terbukti efektif dan menjadi bentuk standar pasukan udara yang diminta olehAustralia. Angkatan Jepang menarik diri dari Helen pada tanggal 14 Mei setelahmendapat 100 korban, dan Batalion Perintis ke-2/3 mencapai pesisir timur Tarakan padatanggal 16 Mei. Batalion itu menderita20 korban terbunuh dan 46 terluka dalam gerak maju ini.Selama masa ini, kompi Hindia-Belanda menjamin Tarakan selatan sisanya,dan menghadapi perlawanan kecil selama gerak majunya.

Secara bertahap, garnisun Jepang dihancurkan, dan yang selamat meninggalkan posisiterakhir mereka di bukit dan mundur ke utara pulau pada tanggal 14 Juni. Pada haritersebut, 112 buruh Tiong Hoa dan Indonesia meninggalkan daerah yang dikuasi Jepangdengan catatan dari perwira senior Jepang yang meminta bahwa mereka akandiperlakukan dengan baik. Saat Radio Tokyo mengumumkan bahwa Tarakan telah jatuh pada tanggal 15 Juni, perlawanan Jepang terorganisir terakhir dihadapi pada tanggal 19Juni dan Whitehead tak menyatakan pulau itu aman hingga tanggal 21 Juni.

Masalah pembangunan
Saat infantri Grup Brigade ke-26 memerangi Jepang di perbukitan, zeni RAAF dariSayap Konstruksi Lapangan Udara No. 61 ikut dalam usaha nekat untuk memasukkanlapangan udara Tarakan ke daftar operasi. Karena lapangan udara itu rusak berat akibat pengeboman sebelum serangan dan letaknya di dataran berawa, terbukti akan lebih sulitmemperbaiki daripada yang diharapkan, dan memakan waktu 8 minggu dan bukan 1minggu untuk memperbaiki lapangan udara itu agar bisa dipakai. Digunakanlah secara meluas bahan dari plat baja bersambungan yang diletakkan seperti tikar. Sisa plat itumasih ada di parkir mobil di Bandara Tarakan.Saat dibuka pada tanggal 28 Juni,

lapangan itu terlambat untuk bisa berperan dalammendukung pendaratan di Brunei atau Labuan (10 Juni), maupun pendaratan diBalikpapan. Namun RAAF Sayap No. 78 bermarkas di Tarakan dari tanggal 28 Juni danterbang untuk mendukung dalam operasi di Balikpapan hingga akhir perang. Serangan keTarakan juga membebaskan penduduk sipil dari pasukan pendudukan Jepang yang kejam.

Pembersihan

Menyusul akhir perlawanan terorganisir, orang Jepang yang tersisa di Tarakan terpecahke berbagai kelompok kecil yang menuju ke utara dan timur pulau. Satuan tempur GrupBrigade ke-26 dipindahkan ke bagian Tarakan di mana mereka menyapu orang Jepang.Banyak orang Jepang yang mencoba melintasi selat yang memisahkan Tarakan dariKalimantan namun tertangkap oleh patroli AL Sekutu.Dari minggu pertama bulan Juli, orang Jepang yang selamat kekurangan makanan danmencoba kembali ke kedudukan lama mereka di tengah pulau dan menyerang posisiAustralia untuk mencari makanan. Karena lapar banyak orang Jepang yang menyerah.Satuan Australia melanjutkan patroli untuk mencari orang Jepang hingga akhir perang,dengan beberapa orang Jepang terbunuh ataupun menyerah tiap hari. Patroli itu memakan36 korban lagi antara tanggal 21 Juni-15 Agustus. 300 orang Jepang lari dari penangkapan dan menyerah setelah akhir perang.

Kejadian Sesudahnya  


Anggota-anggota Batalion ke-2/24 bergambar dengan pedang dan bendera Jepang yang disita pada bulan Juli 1945

Grup Brigade ke-26 tetap di Tarakan sebagai tentara pendudukan hingga tanggal 27Desember 1945, meskipun sebagian besar kesatuannya dibubarkan di bulan Oktober.Markas brigade itu dikembalikan ke Australia di awal tahun 1946 dan secara resmidibubarkan di Brisbane pada bulan Januari 1946.

Ladang minyak Tarakan dengan cepat diperbaiki dan kembali berproduksi. Para insinyur dan teknisi tiba segera setelah pendaratan Sekutu dan pompa minyak pertama diperbaiki pada tanggal 27 Juni. Dari bulan Oktober, ladang minyak pulau itu memproduksi 8.000 barel tiap hari dan menyediakan lapangan kerja bagi banyak penduduk sipil Tarakan. 

Satuan Sekutu yang ikut bertempur menyelesaikan tugasnya dengan "kecakapan dan profesionalisme". Dalam menyimpulkan operasi itu, Samuel Eliot Morison menulis bahwa "sama sekali hal ini merupakan operasi amfibi yang dilakukan dengan amat baik yang mencapai tujuannya dengan kerugian minimal".Pertempuran Tarakan menekankan pentingnya peperangan pasukan gabungan, dan khususnya keperluan infantri untuk  beroperasi dengan dan didukung oleh tank, artileri dan zeni selama peperangan di hutan. 

Lepas dari penilaian Morison, korban Grup Brigade ke-26 amat tinggi dibandingkandengan pendaratan lain dalam kampanye Borneo. Brigade itu menderita korban lebih dari2 kali dari Divisi ke-9 selama operasinya di Borneo Utara dan lebih dari 23 kematiandaripada Divisi ke-7 yang datang di Balikpapan. Korban Grup Brigade ke-26 yang lebihtinggi bisa diakibatkan oleh tidak bisanya garnisun Tarakan mundur seperti garnisun diBorneo Utara dan Balikpapan. 

Pencapaian angkatan pendaratan itu terhapus oleh fakta bahwa lapangan udara di pulauitu tidak bisa membantu aksi. Penilaian intelijen yang salah yang menyebabkan penerbang RAAF percaya bahwa lapangan udara itu bisa diperbaiki menggambarkankegagalan utama. Apalagi, prestasi RAAF di Tarakan sering buruk. Prestasi ini mungkindiakibatkan dari moral rendah yang lazim di sejumlah unit dan 'Pemberontakan Morotai'yang mengganggu 1 kepemimpinan TAF.
 
Seperti kampanye Borneo lainnya, operasi Australia di Tarakan masih kontroversial.Debat terus berlanjut atas apakah kampanye itu merupakan "pertunjukan tambahan" yang berarti, atau apakah dibenarkan dalam konteks operasi terencana untuk menyerangJepang dan membebaskan Hindia-Belanda lainnya, yang dijadwalkan bermula pada tahun1946. Penilaian sejarawan resmi Australia Gavin Long bahwa "hasil yang dicapai tak membenarkan kerugian operasi Tarakan"sesuai dengan pandangan yang umum dianutatas pertempuran itu.


 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar